SURABAYA-Eks lokalisasi Dolly masih menjadi pusat perhatian masyarakat Surabaya. Stefan Rio Erwanto, mahasiswa Program Studi Arsitektur UK Petra sengaja mendesain lokalisasi Dolly sebagai pusat usaha kreatif masyarakat.
Keinginan untuk menjadikan eks lokalisasi ini sebagai tempat bisnis berawal dari studi yang dilakukan di Kampung Kreatif Dagu Pojok, Bandung. Di lokasi tersebut segala pusat kerajinan dan keratifitas masyarakat terkumpul. Masyarakat tidak perlu meninggalkan pekerjaan yang telah dijalani selama ini. “Saya ingin menjadikan Dolly seperti kampung keratif Dagu Pojok, sangat bagus sekali,” kata Stefan, Minggu, 02 September 2018.
Mahasiswa peraih IPK tertinggi di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UK Petra ini menuturkan, impian untuk mewujudkan Dolly sebagai lokasi bisnis dengan satu fokus tempat akhirnya terwujud. Meski usaha untuk mendesain sempat dilarang orang tuanya, karena image Dolly merpakan lokasi yang penuh dengan negatif. “Saya sempat dilarang masuk Dolly oleh orang tua. Mereka takut kalau saya melakukan survei ke Dolly,” ujarnya.
Atas larangan itu, Stefan menjelaskan kepada orang tuanya kalau Dolly sudah banyak perbahan, dari kampung lokalisasi menjadi kampung kreatif. Hanya saja, sistem kampung kreatif belum menggunakan penataan yang bagus, seperti kota-kota lain yang sudah menjadikan lokasi minus menjadi lokasi dengan penghasilan bisnis tambahan.
Saat ini, masyarakat Dolly berpandangan bahwa kampung kreatif adalah kampung yang melakukan pengecatan atau mural. Padahal, makna kreatif sangat luas, selain pengecatan kampung tersbeut juga bisa disulap sebagai lokasi bisnis. Caranya, lokasi-lokasi wisma lokalisasi yang sudah tidak berpenghuni didata, kemudian dijadikan menjadi satu lokasi sebagai tempat usaha.
Ada tiga jenis kreatif masyarakat yang bisa diangkat, yakni kuliner, kerajinan tangan, dan batik. Tiga jenis usaha masyarakat ini sudah dilakukan pemetaan, masyarakat sangat kreatif untuk mendalami bidang itu. “Saya sudah survei pagi, siang dan sore. Saya di dolly sudah satu bulan. Akhirnya jadilah kreatifitas seperti saat ini,” terang dia.
Hasil penelitian ini, lanjut Stefan, semoga memberkan kontribusi terhadap masyarakat Dolly. Karena masih belum ada fasiltas kampung Dolly yang mampu mengintegrasikan antara usaha kecil menengah (UKM) dan tempat tinggal sebagai identitas sebuah kampung kreatif. “Jadi konspenya menggabungkan fungsi raung kreatif publik dengan tempat tinggal,” jelasnya.
Kolom Komentar: