HI.NET-Legen merupakan minuman biasa ditengah masyarakat sebagai pelepas dahaga. Namun ditangan Suwarni dan Tarumi, minuman legen berubah menjadi bermacam varian prodak olahan seperti permen, caos dan sirup.
Suwarni dan Tarumi merupakan tokoh penggerak masyarakat dalam membuat inovasi legen di Menganti, Gresik. Keduanya berbeda kelompok, Suwarni adalah Kelompok Usaha Bersama (KUB) Lontar Agung Jalan Protokol Desa Hendrosari RT 05 RW 02 Kelurahan Hendrosari Kecamatan Menganti, Gresik, sementara Tarumi merupakan KUB Mahkota Siwalan Jalan Protokol RT 02 RW 01 Desa Hendrosari Kelurahan Hendrosari Kecamatan Mengganti Gresik.
Sosok-sosok ini menjadi panutan di wilayahnya masing-masing, mereka mengajak masyarakat untuk berkumpul dalam kelompok usaha. Mereka menjadikan legen sebagai basis usaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Namun yang dilakukan masih memakai sistem manual, mulai penjualan, pembukuan, pemasaran, dan produksi.
Fakta ini yang dilihat Dosen Universitas Wijaya Putra (UWP) Surabaya, sebagai dosen yang memiliki kemampuan lebih, mereka langsung turun tangan untuk membantu masyarakat dengan cara melakukan pendampingan untuk mengolah hasil alam. “Kami akhirnya membuat tim untuk melakukan pendampingan kepada masyarakat. Anggap ini sebagai pengabdian kami kepada masyarakat,” kata Dewi Suprobowati, Dosen UWP Surabaya.
Tim dosen yang terbentuk ini berisikan tiga orang, yakni Dewi Suprobowati sebagai Ketua Tim, Indriastuti dan Dwi Hardaningtyas sebagai anggota. Mereka bertemu dengan Suwarni dan Tarumi sebagai tokoh penggerak usaha masyarakat. Pendalaman materi dan kondisi pedesaan dilakukan, dan ditemukan kesepakatan untuk meningkatkan usaha.
Prodak legen yang biasa dijual dalam bentuk minuman biasa mulai diubah. Legen yang memiliki rasa manis dimanfaatkan menjadi berbagai olahan makanan seperti minuman segar, caos legen, dan permen. Perubahan bentuk legen dari minuman ke prodak olahan ini dilakukan pelatihan, begitu juga dengan sistem pembukuan dan pemasaran. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan melakukan pengolahan, pembukuan dan pemasaran dengan baik.
“Kami mengadakan pelatihan prodak olahan legen, hasilnya legen bisa menjadi permen, caos, dan sirup,” ujarnya.
Perubahan bentuk legen menjadi permen, caos dan sirup ini membawa dampak yang sangat besar bagi masyarakat. Dalam usaha masih manual yang selama ini dilakukan, masyarakat ini mengeluarkan modal sebesar Rp5 juta. Dari modal tersebut, keuntungan yang diperoleh sebesar Rp1 juta.
Namun kondisi berubah, keuntungan dari modal Rp5 juta naik menjadi besar, dengan modal yang sama, penghasilan menjadi Rp6 juta. “Saat dilakukan perubahan bentuk legen menjadi permen, caos dan sirup, keuntungan dari Rp1 juta menjadi Rp6 juta,” terang Dewi.
Kondisi ini membuat kesejahteraan masyarakat sekitar meningkat, hal ini terjadi lantaran ada perubahan bentuk legen dan sistem pemasaran dari manual menjadi modern, begitu juga dengan pembukuan yang dilakukan secara sistematis. “Kita sangat senang, pendapatan dari modal dulu 20 persen, sekarang meningkat menjadi 70 persen. Kami akan terus melakukan pendampingan secara berkelanjutan,” papar dia.
Apalagi, lanjut dia, legen juga memiliki manfaat yang sangat besar bagi kesehatan. Legen merupakan Isotonik yang mampu melancarkan pencernaan, legen juga bisa dipergunakan sebagai obat diabetes, mengatasi stress, sebagai antibiotic baik untuk kesehatan ginjal, obat penyakit kulit, sebagai antioksidan,dan sebagai sumber energi.
Kolom Komentar: