HI.NET–Isu penculikan yang beradar di Surabaya membuat mahasiswa kepikiran. Untuk menghindari itu, mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) menciptakan permainan anak untuk bisa menghindari penculikan.
Permainan ini bernama ‘Ratokid’ yang berasal dari nama Rapitore (Italia) yang berarti penculik, Kind (Jerman) berarti anak, dan board game berarti papan permainan. Pencipta permainan ini adalah Shindy Arista, Mahasiswa Jurusan Desain Manajemen Produk Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (Ubaya). Dalam permainan ini memberikan edukasi bagi anak usia 5-8 tahun agar terhindar dari kasus penculikan.
“Saat itu banyak isu penculikan, makanya saya terinspirasi untuk membuat permainan supaya anak bisa menghindari penculikan,” katanya.
Berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak, jumlah kasus penculikan dan kehilangan anak meningkat dalam dua tahun terakhir. Tahun 2015, ada 87 kasus kemudian naik menjadi 196 kasus di tahun 2017. Data tersebut yang mendorong mahasiswa ini untuk membuat Ratokid, guna mencegah kasus penculikan anak di Indonesia.
Gadis kelahiran Surabaya, 29 September 1997 ini menuturkan, fokus permainan ini untuk mengedukasi anak-anak menghindari orang tak dikenal, dimanapun mereka berada. Terdapat tiga set lokasi yang dapat dimainkan oleh 2-4 anak, yaitu set sekolah, set rumah dan set taman bermain lengkap dengan pernak-pernik yang lucu dan berwarna menggemaskan. Inilah yang membuat anak tertarik untuk mencoba bermain dan tidak mudah bosan.
“Saya melalukan survei ke beberapa sekolah mengenai edukasi pencegahan penculikan yang diberikan ke murid. Ternyata sekolah tersebut belum memberikan pengajaran khusus agar anak paham betul mengenai kasus penculikan atau mengindari orang asing, sementara hanya mencegah secara lisan. Setelah memainkan Ratokid, semoga anak-anak lebih mudah paham dan cepat mengerti untuk menghindari orang asing,” jelas putri dari pasangan Suhartono Sukuwandono dan Devi Susanti Tanuwidjaja.
Awal mulanya, pemain memilih set lokasi dan level 1-20 yang ingin dimainkan. Kemudian tiap pemain mendapatkan karakter yang bisa menampilkan foto wajahnya dan menggunakan topi biru/merah muda. Karakter orang tak dikenal dapat ditampilkan melalui foto orang asing menggunakan topi berwarna hitam. Pemain harus memasang pola jalan agar karakternya sampai ke rumah dengan menghindari orang tak dikenal. Setelah berhasil sampai ke rumah, pendamping akan memberikan pemahaman ke anak-anak mengenai situasi yang mereka telah mainkan sebelumnya.
Wyna Herdiana, selaku dosen pendamping memberikan apresiasi terhadap inovasi Ratokid. Menurut dia, mahasiswa ini sangat kreatif dan bukan orang pemalas. Buktinya, rencana pembuatan permainan yang berkaitan dengan isu penculikan ini bisa terselesaikan dengan baik.
“Saya sangat mendorong penyelesaian permainan ini. Bahkan saya minta permainan ini segera di petenkan ke HAKI (Hak kekayaan Intelektual),” ujarnya.
Kolom Komentar: